Kebudayaan Kabupaten Blitar

Bookmark and Share
Upacara Siraman Gong Kyai Pradah

Upacara adat Siraman Pusaka Gong Kyai Pradah merupakan salah satu bentuk budaya lokal di Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur.

Tradisi ini sampai sekarang masih tetap diselenggarakan oleh masyarakat pendukungnya, yaitu setahun dua kali di Lodoyo, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar. Hal ini karena masyarakat pendukungnya percaya bahwa tradisi ini masih bermanfaat dalam kehidupannya.

Pelaksanaan upacara adat siraman pusaka tersebut merupakan bentuk pemeliharaan secara tradisional benda peninggalan nenek moyang yang berupa Gong bernama Kyai Pradah, sehingga dengan pemeliharaan ini pusaka Gong Kyai Pradah akan tetap lestari.

Tradisi Siraman Pusaka Gong Kyai Pradah dapat menambah rasa persatuan dan kegotongroyongan antar warga Lodoyo. Selain itu pelaksanaan tradisi tersebut juga dapat menambah pendapatan masyarakat setempat. Kegiatan ini menjadi salah satu aset wisata budaya di Lodoyo khususnya dan di Kabupaten Blitar pada umumnya.

Upacara adat siraman pusaka Gong Kyai Pradah banyak mengandung nilai-nilai budaya luhur warisan nenek moyang, oleh karena itu sebaiknya tradisi tersebut tetap dilestarikan dan diinternalisasikan kepada generasi muda supaya mereka tidak lepas dari akar budayanya.

Upacara siraman Gong Kyai Pradah dilaksanakan dua kali setahun, yaitu setiap tanggal 12 Robiul Awal bertepatan dengan hari Maulud Nabi Muhammad dan tanggal 1 Syawal bertepatan dengan hari Raya Idul Fitri. Khusus penyelenggaraan tanggal 12 Robiul Awal upacara diadakan secara besar-besaran, sedangkan upacara yang diadakan pada tanggal 1 Syawal dilaksanakan secara sederhana oleh petugas yang berkepentingan saja.

Sebelum pelaksanaan siraman gong kiyai pradah dilaksanakan, 1 bulan seblum hari H diadakan pasar malam selama 1 bulan dan kegiatan tersebut sangatlah diminati para warga masyarakat Kecamatan Sutaojayan,Panggungrejo,Wonotirto.kegiatan pasar malam tersebut disambut dengan senang hati oleh warga masyarakat kelurahan kalipang karena dengan kegiatan tersebut bisa membuahkan penghasilan dadakan yaitu berupa parkir sepedah motor,mobil.

Pelaksanaan upacara siraman Kyai Pradah dipusatkan di alun-alun Kawedanan Lodoyo kecuali ziarah. Di lokasi tersebut perlengkapan upacara telah dipersiapkan secara permanen, yaitu: panggung siraman setinggi tiga meter dengan luas kurang lebih enam belas meter persegi, dan sanggar penyimpanan, serta pendopo kawedanan.

Sanggar penyimpanan adalah tempat penyimpanan Kyai Pradah beserta kenong dan wayang krucil, tempat dimana para pengunjung menyampaikan hajadnya pada hari-hari biasa. Pada saat upacara, sanggar penyimpanan digunakan untuk tirakatan dan selamatan.

Adapun panggung siraman adalah tempat untuk melaksanakan acara puncak yaitu siraman gong Kyai Pradah; pendopo kawedanan pada saat upacara digunakan sebagai tempat duduk para undangan, acara selamatan, dan tempat hiburan. Ziarah dilakukan di patilasan yang terletak di Dukuh Dadapan, Kecamatan Sutojayan.

Penyelenggaraan upacara siraman pada mulanya dilakukan secara spontan oleh warga masyarakat dengan dikoordinasi para kepala desa di Kecamatan Sutojayan. Namun sekarang penyelenggaraan upacara dikoordinasi oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Blitar. Tokoh-tokoh yang berperan sebagai penyelenggara teknis upacara adalah sebagai berikut.

  • Pejabat Pemerintah. Pada upaeara yang dilaksanakan pada tanggal 12 Robiul Awal sebagai penanggung jawab formal pelaksana upacara adalah Bupati Blitar, sedangkan pada upaeara 1 Syawal tokoh yang berperan adalah Pembantu Bupati Lodoyo.
  • Juru kunci, yaitu juru kunci petilasan dan juru kunci Kyai Pradah.
  • Para dhalang yang bertempat tinggal di Lodoyo, bertugas membawa kenong dan wayang krucil.
  • Petugas pembawa panji-panji Kawedanan Lodoyo dan paying.
  • Pemain kesenian tradisional.
  • Pemasak sesaji.

Siraman dimulai dengan pembacaan riwayat Kyai Pradah oleh Bapak Bupati yang diwakilkan pada salah satu petugas. Pembacaan dilakukan dengan mikrofon sehingga para pengunjung mendengar dengan jelas.

Selesai pembacaan riwayat dimulailah puncak acara siraman. Siraman pertama kali dilakukan oleh Bapak Bupati, dilanjutkan Bapak Pembantu Bupati, pejabat Muspika, juru kunci dan para dhalang. Kyai Pradah kemudian digosok-gosok dengan kembang setaman agar hilang karatarinya. Kembang setaman kemudian dipercik-percikkan ketujuh tempayan yang telah diisi air.

Setelah Kyai Pradah selesai disirami, maka Bapak Bupati segera mengguyurkan air yang ditempayam ke para pengunjung yang berdesak-desakan di bawah panggung siraman sampai habis. Demikian halnya yang di atas panggung pun saling berebut mendapatkan air bekas siraman karena ir bekas siraman dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, tolak balak bahkan membantu orang yang belum dapat jodoh.

Setelah pelaksanaan upacara Gong Kyai pradah penuh dengan penuh rasa bersyukur maka pada malam harinya diadakan kegiatan pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Dan setelah 5 hari kegiatan upacara siraman Gong yai pradah juga dilaksanakan (sepasaran) yang biasanya diadakan pagelaran wayang kulit Semalam suntuk.


Upacara Siraman Gong Kyai Pradah. (Online), (http://Upacara Siraman Gong Kyai Pradah_Pusaka Jawatimuran.htm), diakses pada 15 April 2013.

Nama              : Agys Rianto
Nim                 : 12105520026
Fak/Jurusan     : Sospol/Administrasi Negara

Anda sedang membaca artikel tentang Kebudayaan Kabupaten Blitar dan anda bisa menemukan artikel Kebudayaan Kabupaten Blitar ini dengan url https://agysrianto88.blogspot.com/2013/11/kebudayaan-kabupaten-blitar.html, anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Kebudayaan Kabupaten Blitar ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda, namun jangan lupa untuk meletakkan link Kebudayaan Kabupaten Blitar sumbernya.

Artikel Terkait

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar